Bibit Pelari Cepat dan Suku Mante
Beberapa lalu saya sempat menulis di Kompasiana masalah kekuatan kecepatan manusia di lari 100 mtr. serta kenapa Jamaika mempunyai banyak pelari cepat kelas top. Sesudah dua tulisan itu, saya jadi ingat dengan Suku Mante yang berada di Aceh.
Sebelum sampai ke Suku Mante, saya coba mengulang sedikit masalah tulisan saya mengenai pelari cepat.
Pakar biomekanis Peter Weyand saat diwawancarai Robbie menerangkan jika kecepatan optimal manusia di lari 100 mtr. ialah 9,40 detik. Pengakuan Weyand itu diterbitkan di www.wired.com
Di lain sisi, Jamaika diketahui sebab mempunyai banyak pelari cepat kelas dunia. Mereka salah satunya ialah Asafa Powell, Usain Bolt, serta Yohan Blake.
Murad Ahmed dalam tulisannya di Financial Times atau ft.com yang mencuplik studi ilmiah tahun 2010 mengatakan jika berkaitan fisik, karena itu orang Jamaika mempunyai keunggulan sebab mereka mempunyai serat otot "kedutan besar" yang dibutuhkan untuk lari cepat. Mereka mempunyai jantung yang besar yang membuat saluran oksigen ke otot bertambah lebih cepat.
Sesudah menulis dua tulisan itu, saya jadi ingat Suku Mante yang berada di Aceh. Daya ingat saya itu terlempar pada account Fredography yang sempat merekam ada orang kecil yang lari benar-benar kencang. Dari YouTube, kita lihat bagaimana orang kecil itu lari benar-benar kencang di rimba belantara Aceh.
Pemilik account Fredography tidak sempat menerangkan siapa yang lari kencang itu. Tetapi, sebagian orang memberikan opini jika mereka yang lari kencang itu peluang ialah Suku Mante, suku pedalaman di Aceh.
Dikabarkan dari Harian Kompas pada 18 Desember 1987 serta diambil kompas.com diterangkan jika Kehadiran Suku Mante ini sempat dicatat oleh Snouck Hurgronje dalam bukunya, De Atjehers. Tetapi, Hurgronje tidak pernah berjumpa dengan Suku Mante.
Snouck dalam bukunya menyebutkan Mante ialah orang Mantran yang tinggal di perbukitan Mukim XXII. Diterangkan, pada era XVIII, sepasang masyarakat Suku Mante diamankan lalu dibawa ke Sultan Aceh. Mereka tidak ingin bicara serta makan atau minum. Pada akhirnya, kedua-duanya mati.
Diketahui, Snouck ialah orang Belanda yang belajar banyak mengenai beberapa budaya di Indonesia dalam rencana untuk "menaklukkan" orang Indonesia.
Kembali pada Suku Mante, Harian Kompas pada 18 Desember 1987 itu menyebutjan jika diketemukan lagi, Suku Mante di wilayah Pedalaman Aceh. Seorang pawang rimba, Gusnar Effendy, mendapatkan Suku Mante hidup di belantara pedalaman Lokop, Kabupaten Aceh Timur.